PANTAUTERKINI.CO.ID, Denpasar,- Gerakan Nasional Pembela Rakyat atau sering disebut dengan GNPR, juga tergabung dalam persaudaraan Alumni 212 (PA 212), yang melakukan aksi unjuk rasa di sekitar Istana Negara, Jakarta Pusat, jumat, (4/11), membuat beberapa pengamat politik, termasuk Ketua Umum Persatuan Wartawan Republik Indonesia (PWRI), mengomentari atas aksi damai tersebut.
Salah satu pengamat politik, Rocky Gerung, mengatakan, "Apapun yang disebut kalau 411, pasti warnanya muslim. Dan itu harus dihadapi oleh Pak Jokowi. karena selama ini, yang ditinggalkan oleh Pak Jokowi, yang sedang dikerjakan oleh Pak Jokowi adalah memecah belah bangsa dengan isu Islamopobhia," ujar Rocky seperti dikutip melalui kanal Youtubenya, Rocky Gerung Official, sabtu, (5/11/22).
Seperti diketahui sebelumnya, aksi unjuk rasa damai tersebut, gabungan dari beberapa ormas islam dengan membawa sejumlah tuntutan, salah satunya, meminta agar Jokowi turun dari jabatannya, setelah adanya isu tentang ijasah pendidikan Jokowi yang diduga palsu.
Rocky juga menyebut bahwa, kebijakan kebijakan yang dilakukan Jokowi, semakin lama menunjukkan bahwa, kebijakan tersebut berdampak, justru untuk memecah belah bangsa.
Ditambah lagi, Jokowi tidak hadir untuk menjawab keraguan atas aksi demo, dengan mengambil sikap berani, untuk menemui para demonstran. Namun ternyata, Jokowi justru bertolak ke Mojokerto, Jawa Timur.
Sementara itu ditempat berbeda, Ketua Umum Persatuan Wartawan Republik Indonesia (PWRI) pusat, Dr. Suriyanto saat ditemui media Balijani.id, di Puri Santrian Hotel, Sanur, Bali, sabtu, (5/11), mengatakan bahwa,
"Demo aksi damai yang dilakukan oleh GNPR, di kawasan Istana Jakarta, adalah sesuatu hal yang wajar dalam kehidupan berdemokrasi. Sebagai pengingat bahwa, ada yang ingin disampaikan rakyat kepada pemimpinnya, karena pemimpin dipilih oleh rakyat, dari rakyat dan untuk rakyat," ucapnya.
"Hanya saja, saat seluruh dunia termasuk Indonesia mulai bangkit dari hantaman pandemi Covid-19, apalagi saat ini dipercaya menjadi tuan rumah perhelatan akbar dalam Presidensi KTT G20, dimana para pemimpin dunia hadir, sudah sepatutnya, sebagai orang Timur, kita bersama sama menjaga Adab dengan kedatangan banyak tamu di rumah kita," tegasnya.
Suriyanto yang juga diundang dalam salah satu acara di pulau Bali juga menambahkan, "Seperti halnya pulau Bali, yang sangat dikenal oleh mancanegara karena alam, budaya, dan kearifan lokal yang dijaga serta diwariskan secara turun temurun, membuat Bali dipercaya menjadi tempat pertemuan para pemimpin dunia dalam KTT G20 ini. Maka dari itu, wajib kita jaga dengan baik, perhelatan Akbar ini sampai selesai, dengan aman dan nyaman," lanjutnya.
Di akhir pertemuan, suriyanto mengatakan dalam kalimat bijak, "Tuhan tidak perlu dibela, karena Tuhan Maha Segalanya, tetapi bela dan hormati sesama manusia ciptaan Maha Segalanya, karena itulah kebaikan yang terbaik dalam hidup," tandas suriyanto.
>>red
0 Comments