Pantau Terkini Denpasar 2 Februari 2022.
Ketika bangsa asing menginjak tanah Bali dengan membawa meriam dan senapan canggih,dan ketika orang2 bali banyak berguguran melawan musuh dengan keris dan tombak,tampak peperangan tersebut tidak seimbang. I Gusti Gede Jelantik Raja Karangasem periode 1894 - 1908 sangat sedih dan bermuram durja ketika melihat saudara serta bala tentaranya berguguran. Beliau merenung untuk mencari jalan strategi apa yang harus di lakukan ? Perang fisik sudah pasti kalah,akhirnya terbersit sebuah ide tentang perlawanan tanpa perang,yaitu perundingan dimana silat lidah itu beradu atas dasar intelektual serta kebijaksaan untuk terjadinya "win win solution".
Maka terjadilah perundingan dimana kerajaan karangasem berkewajiban membayar utpeti kepada Belanda,namun sebaliknya Belanda berkewajiban men-suport kerajaan karangasem tanpa mengganggu kebijakan2 Raja atas kerajaannya.
I Gusti Gede Jelantik punya visi masa mendatang tentang generasi berikutnya. Beliau menginginkan agar putra serta cucu-cucunya kelak memiliki kekuatan yang sama seperti bangsa pendatang khususnya bangsa eropa namun tetap mempertahankan keluhuran dan kepribadian bangsa timur yang sarat akan nilai2 filosofi timur khususnya Bali. Beliau mendidik putranya yaitu I Gusti Bagus Jelantik dalam bidang sastra,filosofi dan spiritual agar kelak menjadi Raja bijaksana.
Ketika beliau wafat,maka tahta kerajaan turun ke putra beliau yaitu I Gusti Bagus Jelantik dengan gelar Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem dan sekaligus menjabat sebagai Stedgehouder 2 (Perwakilan Pemerintahan Belanda).
Raja Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem teringat nasihat2 mendiang ayahnya bahwa untuk menghadapi bangsa yang canggih,kita harus menjadi canggih,kita harus menjadi pintar,kita curi ilmu bangsa itu dan kita hadapi dengan kepintaran dan kebijaksanaan,jangan mau di bodoh-bodohin oleh bangsa asing. Maka itu beliau menyekolahkan ke10 putra beliau ke sekolah2 belanda yang ada di bali,jawa dan di negri belanda.ke 10 putra raja adalah...
1.Anak Agung Gde Jelantik. 2. Anak Agung Made Jelantik. 3.Anak Agung Ketut Jelantik. 4.Anak Agung Made Karang. 5 Anak Agung Gde Oka Jelantik .6 Anak Agung Ketut Karang. 7 Anak Agung Gde Karang. 8 Anak Agung Gde Anom. 9 Anak Gung Gde Putra Agung. 10 Anak Agung Gde Rai Sutedja.
2 diantara putra beliau di kirim ke Leiden,Belanda, untuk menuntut ilmu kedokteran dan ilmu hukum, yaitu dr.Anak Agung Made Jelantik dan Anak Agung Gede Oka Jelantik SH.
Dr Anak Agung Made Jelantik boleh di katakan sebagai duta kesehatan dunia karena beliau pernah bertugas menangani wabah malaria di somalia,afrika pada era tahun 1970an.
Sedangkan Anak Agung Gede Oka Jelantik SH (meester in de rechten) alumni Rijksuniversiteit Leiden di kenal sebagai duta besar luar biasa dan berkuasa penuh R.I. untuk Argentina,Chile,Uruguay dan Paraguay pada tahun 1979 - 1982.
Selain itu ada juga Putra Raja yang berjuang secara fisik yaitu Anak Agung Gde Karang tamatan sekolah kepolisian Amerika di Filipina,pernah berhadapan dengan Belanda untuk pembebasan Irian Jaya (papua) agar masuk kedalam kesatuan Republik Indonesia,di tahun 1962.
Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem menjabat Raja dari tahun 1908 - 1950,jaman kerajaan berubah menjadi zaman Republik,namun perjuangan intelektual berlanjut ke anak cucu hingga generasi berikutnya.saat ini di tahun 2022 para cucu dan cicit raja bergerak dalam kebudayaan untuk mempertahankan keluhuran para pendahulu serta mengembangkannya sesuai dengan tuntutan zaman kekinian,begitulah uraian sejarah yang pewarta langsung terima dari cucu raja,putra bungsu mantan Bupati yang gemar sejarah ini,sosok ini adalah Anak Agung Made Jelantik Karang yang biasa di panggil gung ade karang yang juga di kenal sebagai musisi kreatif,ketua Prog.world Bali,penari,penulis dan pemerhati budaya.
Sore hingga malam 2 februari 2022 ini pembicaraan kita diselingi dengan kopi hangat,ubi goreng serta roti bakar yang disediakan oleh mbak ningrat karang,istri tercinta gung ade ini pintar membuat suasana semakin asyik di rumah kediaman beliau jln jepun kuning,perum jepun kuning no.4 denpasar.
Perbincangan tentang sejarah dan budaya Bangsa sangat menarik agar apa yang telah diwariskan Raja Raja dengan darah dan keringat tetap kita pegang teguh agar tak pernah luntur oleh pengaruh dari luar sampai akhir jaman.
Panterbali-UQ
0 Comments