Museum seni dan galeri yang menyimpan karya terbaik para seniman Bali berupa lukisan, patung, ukiran, dan lain-lain, dari yang klasik sampai yang modern, ada di desa ini. Juga ada berderet toko yang menjual barang antik, kerajinan tangan, tekstil, dan perhiasan baik untuk para turis lokal maupun asing.
Bagaimana pun Ubud yang mengalami perkembangan secara ekonomi yang sangat pesat ini tetap sebuah desa yang dingin kalau malam hari dengan bentangan sawah terasering yang bertingkat-tingkat sangat indah.
Bagaimana pun Ubud yang mengalami perkembangan secara ekonomi yang sangat pesat ini tetap sebuah desa yang dingin kalau malam hari dengan bentangan sawah terasering yang bertingkat-tingkat sangat indah.
Ada banyak seniman bisa kita jumpai di sini. Pelukis, penari, musisi, dan pemahat.
Kehidupan sehari-hari para seniman ini menyatu dengan masyarakat, kehidupan budaya, spiritual, pura-pura kuno, air terjun, sungai, ngarai, yang kesemuanya memukau.
Tari dan drama tradisional Bali bisa dinikmati di banyak tempat di desa ini menjadikan Ubud lengkap sebagai pusat budaya Bali.
Ubud yang kini terkenal di seantero dunia itu ternyata asal muasal katanya bermula dari kata “ubad”.
Ubad adalah bahasa Bali yang artinya obat.
Kisahnya adalah pada abad ke 7 pendeta Markendya dari Jawa, tepatnya dari dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah, datang ke Bali melalui Sungai Wos. Pada perjalanan pertama banyak pengikutnya yang meninggal.
Pada perjalanan yang kedua, para pengikutnya yang sakit menjadi sembuh karena melakukan ritual penyucian di Sungai Wos Campuhan Ubud, di tempat berpadunya dua aliran sungai yang dinamakan secara spiritual Silukat dan Sudamala.
Dalam perkembangan selanjutnya Ubud menjadi makin populer namanya karena datangnya para seniman asing seperti Walter Spies, Rudolf Bonnet, Han Snel, Antonia Blanco dan Arie Smith, juga kemudian disusul seniman Indonesia lain seperti Affandi, Wa Fong, Abdullah, Srihadi Soedarsono dan lain-lain.
Tak kalah penting adalah peran bangsawan Puri Agung Ubud, putra raja Ubud yang paling sulung yang bernama Tjokorde Gede Raka Sukawati dan adiknya Tjokorde Gede Agung Sukawati, yang memiliki perhatian pada seniman dan perpaduan budaya Bali dan non Bali menjadikan Ubud sebagai rumah yang nyaman bagi para seniman dari mana saja asalnya untuk berkarya.
Salah satu seniman nasional yang masih tetap memiliki pertalian erat dengan Ubud dari sejak zaman dulu hingga kini dan turut berperan mengharumkan nama Ubud melalui karyanya adalah pelukis Srihadi Soedarsono. Beliau dulu sering datang di desa dan ada banyak karyanya lahir dari desa Ubud ini. Kini beliau mendirikan villa Royal Kamuela Villas & Suites di Monkey Forest dan restaurant Shrida di jalan Bisma, Ubud. Khusus untuk Shrida –yang merupakan perpaduan nama antara Srihadi dan Farida, istrinya tercinta dan yang dalam bahasa Sansekerta “shrida” artinya pemberi keindahan, kemakmuran dan kepositifan— Srihadi ingin menjadikan tempat ini sebagai sebuah melting pot, tempat berkumpulnya para seniman dan profesi lainnya, tempat yang sebagaimana kata pepatah, bertemunya “asam di gunung dan garam di laut”.
Dengan pertemuan itu diharapkannya, mereka bisa saling mengisi, memberi inspirasi satu sama lain, membuat network, menjalin ikatan baru untuk menghasilkan karya yang lebih produktif dan kreatif. Acara kumpul-kumpul itu dinamakan “bincang-bincang sore Art.Culture.Culinary.” dan diadakan dua kali sebulan.
Srihadi Soedarsono sendiri sebagai seniman bisa dijadikan model bagi kalangan anak muda atas dedikasi dan loyalitasnya yang tinggi pada seni, hingga beliau menjadi maestro seni yang sangat dihormati dalam jagad seni nasional dan internasional.
Menurut Jean Couteau, pengamat seni Indonesia, kekayaan ekspresi Srihadi tak ada tandingannya secara nasional. Dia dikenal sebagai seorang koloris ulung.
Sebagai pelukis beliau mengedepankan warna sebagai sarana ekspresinya. Warna-warna diolahnya di dalam nuansa-nuansa yang tak terhingga jumlahnya –kemungkinan besar, hal ini tidak ada padanannya di antara pelukis dunia.
Warna-warna dalam karyanya itu bukanlah sembarang warna tanpa tujuan.
Warna, dengan segala varian dan permainannya, hanyalah sarana bagi Srihadi untuk mengungkap suatu pesan simbolis yang berakar dari budaya Jawa: renungan di seputar hubungan antara insan manusia di satu pihak dan Ilahi di lain pihak.
Misalnya, seri-seri pemandangan pada lukisan Srihadi, ia menyandingkan tanda-tanda mungil kehadiran manusia –berupa sesajen, pura, perahu, dll. yang hampir ’tertelan’ di tengah alam, alam mana mengambil wujud lapis-lapis warna (untuk laut, sawah dll).
Lukisan-lukisan itu adalah rumusan modern dari konsep “Manunggaling Kawulo Gusti” tradisi Jawa.
Harus dicatat bahwa warna Srihadi sedemikian kaya nuansanya dan tidak semua warna tersebut bisa tampil di dalam bentuk foto. Ciri istimewa lain dari Srihadi ialah bahwa karyanya melampaui genre-genre.
Bila sebagian besar bersifat ’modern’, dengan perhatian pada pesan dan estetika, dia telah juga membuat lukisan yang membongkar segala norma.
Di dalam hal ini Srihadi adalah seniman konseptual -bahkan dia menjadi konseptual sebelum gaya itu merajalela: misalnya dia telah membuat gambar-gambar yang sengaja buruk untuk menggugat tata kota yang semrawut, atau dia telah menggambarkan Raden Saleh dengan atribut militer untuk menggugat intervensi tentara di ITB tahun 1970-an.
Dilihat dari perjalanannya Ubud memang didedikasikan untuk semua masyarakat, terutama yang memiliki perhatian tinggi pada masalah kebudayaan dan bersedia menghabiskan waktu lebih banyak waktu dan terhubung dengan penduduk setempat. Orang jenis ini jelas merupakan kelompok yang memiliki kesabaran, komitmen, dan rasa hormat pada manusia dan kemanusiaan. Ubud sendiri semoga bisa menjadi obat bagi siapa saja yang datang ke tempat ini, mengusir segala yang negatif dalam tubuh dan memperindah jiwa siapa saja yang datang ke desa yang elok ini.
Bagi Anda penikmat seni, budaya dan kuliner, yang datang ke Ubud, akan lebih lengkap jika Anda mengunjungi Shrida, Taste of Ubud. Kalau ingin mengetahui agenda acaranya, Anda bisa follow instagram shrida.tasteofubud. Shrida adalah pilihan gaya hidup gastronomi Indonesia di Ubud.
Konseprestoran ini adalah menawarkan keseimbangan antara keindahan manusia dan estetika makanan. Manusia itu indah ketika ia memiliki pemikiran yang indah tentang orang lain, dan mampu melihat segala sesuatu dengan cara yang indah, termasuk mengapresiasi seni makanan yang disajikan secara artistik, layanan memuaskan dan makanan dan minuman khas Bali dan Nusantara spesial yang selalu penuh kejutan dengan bahan-bahan segar yang baik bagi tubuh dan jiwa.
**** TENTANG SHRIDA TASTE OF UBUD
Shrida Restoran terdiri dari 3 lantai. Lantai dasar bisa melayani para tamu untuk sarapan, makan siang dan makan malam yang menyajikan menu ala carte dengan pilihan terbaik dimana masing-masing hidangannya memiliki kekhasan tersendiri.
Lantai ini juga menawarkan layanan personal dengan sesuatu yang baru dan menyegarkan.
Misalnya piring buah dan yogurt yang akan disajikan sebelum menu utama diantarkan.
Menu awal ini memungkinkan para tamu menikmati waktu pribadinya sambil makan buah-buahan asli Bali dan Nusantara.
Pada paket ini tamu diberi pilihan sarapan khas yang sehat, dipadu dengan minuman dingin atau panas dengan kopi Bali yang baru diseduh dari cangkirnya. Selain itu, Shrida juga menawarkan menu otentik Indonesia yang disandingkan dengan minuman anggur produksi terbaik Bali yang pernah mendapatkan penghargaan internasional dan produksinya bekerja sama dengan petani anggur lokal Bali. Sajian musik lounge yang eksotis turut menciptakan suasana yang indah dan tak terlupakan.
Lantai kedua adalah bar lengkap yang menyajikan minuman anggur dan minuman koktail yang sempurna untuk sore dan malam hari.
Meja, kursi, bantal dan tanaman diatur estetik dan harmonis agar masing-masing tamu memiliki privacy masing-masing. Lantai ini juga melayani koktail, minuman yang diproduksi secara lokal, anggur, dan bir.
Suasana yang sejuk membuat para tamu terlena menikmati Ubud dengan musik lounge, 50% happy hour. Lantai ini juga merupakan tempat acara bincang-bincang sore Art. Culture. Culinary, pertemuan komunitas reguler yang berfokus pada pembicaraan seni, perempuan, keseimbangan hidup, dan sesekali pemutaran film atau pertunjukan khusus lainnya. Acara ini diselenggarakan dengan sistem sosial dalam kemitraan.
Rasa puas tak perlu banyak, menikmati ras a yang sempurna |
Lantai tiga didedikasikan untuk para tamu yang menghargai seni penyajian hidangan (the art of plate). Chef Shrida menampilkan kreasinya yang terbaik untuk menciptakan momen kegembiraan bagi para tamu.
Hal ini menyangkut keseluruhan, yakni perpaduan antara kualitas bahan makanan, teknik persiapan hingga seni menyajikan hidangan makanan yang mempertimbangkan lima indera rasa para tamu.
Semua itu akan dieksekusi dengan dalam waktu yang efektif, namun penuh gaya dan menarik secara visual bagi tamu. Pilihan piring yang sesuai dengan gaya dan berbagai elemen hidangan menjadi komposisi yang menyatu penuh keindahan dan harmoni. Suasana, pencahayaan, interior, dekorasi, menciptakan kehangatan tersendiri saat para tamu menikmati hidangan. “Kami mempersembahkan semuanya itu agar para tamu mendapatkan kesenangan dan kepuasan,” kata Chef Made yang berlatar pendidikan kuliner Perancis dan Mediteranian ini.(Tim)
0 Comments