PANTAUTERKINI.CO.ID.SLAWI - Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal melalui berbagai program terus berupaya melakukan pembangunan di setiap wilayah sampai ke pelosok desa, proyek perbaikan sarana dan prasarana pun mulai nampak manfaat, namun tidak menutup kemungkinan munculnya berbagai halangan dalam pembangunan yang perlu mendapatkan perhatian.

Pembangunan pasar Margasari kecamatan Margasari Kabupaten Tegal, merupakan salah satu program pemerintah dalam perbaikan Kondisi pasar, bahkan seharusnya sudah terrealisasikan, tetapi justru  hingga saat sekarang masih nampak rata dengan tanah dan belum ada tanda tanda gerak pembangunan.

Entah mengapa dan apa yang menjadi penyebab masih menjadi bahan pembicaraan para pedagang pasar Margasari di lokasi area penampungan pasar hutan Krandan, milik dinas perhutani. Para pedagang mengeluhkan, pemindahan pasar saat jelang hari raya dengan dalih akan di revatilisasi hingga kini belum juga nampak di bangun.

Teguh (42) pedagang sayuran dan pedagang lain yang  berada dilokasi penampungan pasar, sempat menggeluhkan dengan kondisi pasar penampungan saat ini, kondisinya yang masih tanah dikhawatirkan akan mengalami becek yang parah saat musim penghujan dan dapat mengurangi minat pembeli untuk datang, sedangkan semenjak menempati lahan penampungan omzet nya semakin menurun.

Penurunan Omzet para pedagang  sangat  jelas, saat keberadaan pasar Margasari berada di lokasi lama, pedagang bisa berjualan hingga sore hari pukul 1700 wib  namun di lokasi penampungan terkadang siang pukul 13. 00 wib saja sudah mulai sepi pembeli, terlebih lagi jika tiba musim penghujan.

Polemik yang terjadi terkait pembangunan Pasar Margasari seharusnya tidak perlu mengalami kendala jika memang ada fungsi kontrol yang baik, pasalnya pasar yang sama seperti Pasar Lebaksiu, Pasar Bojong pembangunannya  bisa terlaksana, mengapa Pasar Margasari justru tersendat ?

Keluhan, jeritan para pedagang terus terjadi, namun hal ini kembali pada sistem dan sisdure yang ada terkait pelaksanaan dan tahap pembangunan, seharusnya pemerintah dapat mengantisipasi kemungkinan kemungkinan yang akan terjadi, sehingga penghasilan pedagang tetap stabil, para pengunjung pasar nyaman dalam melakukan transaksi jual beli .

Penulis berharap kondisi yang dialami pedagang Margasari dapat menjadi pembelajaran serta pemikiran pemerintah wilayah untuk mengambil langkah terbaik dalam mencari solusi yang akan datang, dan tidak berlanjut yang berakibat memunculkan dampak lain. Dan jika diperlukan pemerintah segera jemput bola mendatangi para pedagang pasar duduk bareng membahas  keterkaitan tertundanya pelaksanaan pembangunan pasar Margasari seta mencari solusi bersama sama,  setidaknya hal ini dapat mencerahkan para pedagang.

Kehadiran pemerintah bertemu langsung dengan pedagang Pasar Margasari menjadi jembatan hubungan yang baik, agar antisipasi jelang musim penghujan hingga membantu peningkatan omset dengan berbagai program sangatlah di butuhkan, minimnya informasi menjadi salah satu penghalang, sebab tidak semua pedagang membaca berita, melihat internet , mengetahui perkembangan yang terjadi dan ini menjadi tantangan bagi pemerintah daerah sekitar dalam menghadapi setiap polemik yang muncul. (cahyo)